Setiap daerah pasti mempunyai kisah sejarah di masa lalu.begitu pula dengan kota tulungagung jawa timur yang mempunyai banyak sekali cerita sejarah di masa lalu...salah satunya adalah kisah cerita tentang nyi roro kembang sore yang berada di atas gunung giri bolo.
Giri Bolo adalah sebuah gunung kecil tempat pemakaman orang cina yang terletak di Desa Bolo Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Gunung tersebut menyimpan sejarah tentang seorang resi dan pertapa sakti dalam rentetan sejarah babat Tulungagung,yang kisahnya sangat melegenda.
Menurut Buku “Tulungagung dalam Rangkaian Sejarah Indonesia dan Babad” yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung tahun 2007. Diceritakan bahwa di gunung cilik ada seorang pendeta wanita yang menamakan diri Resi Winadi.Selain menjadi pendeta dia juga menjadi empu yang sakti. Salah satu bukti kesaktianya yaitu dibuat sebuah pusaka yang keampuhannya bisa merontokkan daun-daun dan menumbangkan pohon beringin serta bisa mengalahkan pusaka sakti milik Pengeran Kalang.
Pendeta wanita tersebut sebetulnya adalah putri Roro Kembang sore. Putri yang terkenal dengan kecantikannya tersebut adalah putri dari Pangeran Bedalem dari Kadipaten Betak.Putri roro kembang sore dituduh oleh Pangeran Kalang yang tak lain adalah pamannya sendiri,,dia di tuduh telah berbuat asusila dengan Pangeran Lembu Peteng putra Raja Majapahit. Fitnah tersebut mengakibatkan gugurnya Pangeran Lembu Peteng dibunuh ayahnya sendiri sedangkan Putri Roro Kembang Sore bisa meloloskan diri dan mengembara.
Namun selain cerita di atas,,terdapat juga cerita lain dari masyarakat yang berkembang tentang nyi roro kembang sore.....
Menurut cerita turun temurun dari masyarakat setempat,,Roro kembang sore sampai ajalnya menjemput tidak pernah menikah, bukanya tak ada yang mau,,,bahkan banyak pangeran dan bupati yang melamarnya,akan tetapi dia menolak secara halus, agar tidak melukai perasaan sang pelamar, hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada seorang sudra yang bernama Joko Budheg.
Pada waktu Joko Budheg melamar tidak serta merta di terima begitu saja lamaranya.Kembang Sore mau dipersunting oleh Joko Budeg asalkan Joko Budeg mau bertapa 40 hari 40 malam di sebuah bukit, beralaskan batu dan memakai tutup kepala “cikrak” (alat untuk membuang sampah di jawa) sambil menghadap ke Lautan Kidul.
Joko Budeg menerima persyaratan ini dan melaksanakan apa yag diminta oleh Roro Kembang Sore. sampai akhirnya dia dikenal dengan sebutan Joko Budheg. Setelah beberapa lama sampai waktu yang telah di tentukan, Roro kembang sore yang pada dasarnya jatuh cinta kepada Joko budeg berharap joko budeg datang kepada dia, akan tetapi ternyata joko budeg tidak kunjung datang, maka disusullah joko budeg ketempat pertapaanya, sesampainya di sana Roro kembang sore berusaha membangunkan joko budeg dari pertapaanya, akan tetapi joko budeg tidak juga kunjung bangun, hingga akhirnya keluar kata-kata dari mulut Roro Kembang sore, “ditangekke kok mung jegideg wae, koyo watu” Bahasa Indonesianya “dibangunkan kok tidak bangun-bangun, kayak batu” seketika itu terjadi keajaiban alam, Joko Budeg berubah wujudnya menjadi batu.
Hingga saat ini bukit tempat Joko Budeg bertapa dikenal dengan nama “Gunung Budeg” dan patung Joko Budeg bertapa masih untuh sampai sekarang. Dengan rasa kecewa roro kembang sore kembali ke rumahnya dan dia bersumpah bahwa dia tidak akan menikah sampai ajal menjemput. untuk melakukan sumpahnya tersebut. Roro Kembang Sore akhirnya bertapa di satu tempat, sampai meninggal dan dikuburkan di tepat itu.
Hingga saat ini banyak sekali orang yang datang dari berbagai kota di indonesia yang mengunjungi makam nyi roro kembang sore tersebut...mereka mempunyai tujuan masing-masing dari yang hanya untuk Ziarah sampai yang bertujuan untuk mendapat berkah bagi pedagang agar laris dagangnya,bagi penyanyi agar banyak penggemarnya dan ada pula yang datang dengan terang-terangan untuk mencari pesugihan.Bagi para pencari pesugihan Mereka membawa persyaratan khusus yang mereka bawa dari rumah, umbo rampe yang mereka bawa antara lain sekul anget (nasi putih dan panggang ayam) / Kambing, dan sekul wangi (bunga telon, minyak wangi, kemenyan).
Selain umborampe tersebut,,,ketika pulang dari ritual tidak boleh berhenti di kawasan Gunung Bolo.Tidak cukup sampai di situ saja, pelaku pesugihan yang berhasil, maka pada setiap hari Jum'at Pon si pelaku pesugihan harus terus menerus membawa seekor kambing di makam Roro Kembang sore untuk di buat selamatan atau di buat kenduri di makam tersebut.Dan yang menjadi fenomena menarik adalah, jika ingin ritual pesugihannya ingin cepat berhasil, maka mereka harus melakukan hubungan terlarang alias berzina, dengan orang lain selain istri atau suaminya, hal ini di yakini sebagian orang akan cepat terkabulnya permintaan pesugihannya. Oleh sebab itu sekarang di daerah tersebut bak sebuah protitusi yang terselubung, banyak penjaja cinta komersial menawarkan diri untuk hal tersebut. Selain itu juga ada satu mitos unik lagi, bahwa kalau ziarah kesana tidak boleh membawa istri atau suami, konon kabarnya kalau hal itu di lakukan maka akan terjadi prahara rumah tangga alias cerai, entah benar-entah tidak akan tetapi fenomena tersebut sudah ada sejak dulu dan secara turun-temurun menjadi sebuah mitos atau legenda.
Kalau menurut pribadi saya sendiri yang pernah mendatangi makam tersebut secara langsung,,memang benar makam nyi roro kembang sore bisa di buat pesugihan yang real dan nyata,,namun untuk bisa seperti itu harus dengan perantara dukun atau juru kunci makam yang benar benar mumpuni dalam hal pesugihan.Karena seperti kita ketahui,sekarang ini juru kunci makam keramat tidaklah sama dengan juru kunci makam yang terdahulu,yang sudah meninggal.Jadi untuk bisa meritualkan pesugihan yang nyata tidaklah mudah,,karena rata rata juru kunci makam yang sekarang tidak tahu ilmu nya.Kebanyakan mereka hanya bisa meritualkan biasa saja atau sebatas mendoakan saja untuk hajat seperti ngalap berkah !!